Pages

Rabu, 04 Juli 2012

-=][ kisah salman al farisi pada zaman Rasululloh ][=-


Pada suatu siang yang terik, seorang
pedagang dari Syam sedang kerepotan
mengurus barang bawaannya. Tiba-
tiba ia melihat seorang pria bertubuh
kekar dengan pakaian lusuh. Orang itu
segera dipanggilnya; “Hai, kuli,


kemari! Bawakan barang ini ke kedai
di seberang jalan itu.” Tanpa
membantah sedikitpun, dengan patuh
pria berpakaian lusuh itu mengangkut
bungkusan berat dan besar tersebut ke
kedai yang dituju.
Saat sedang menyeberang jalan,
seseorang mengenali kuli tadi. Ia
segera menyapa dengan hormat,
“Wahai, Amir. Biarlah saya yang
mengangkatnya.” Si pedagang
terperanjat seraya bertanya pada
orang itu, “Siapa dia?, mengapa
seorang kuli kau panggil Amir?”. Ia
menjawab, “Tidak tahukah Tuan , kalau
orang itu adalah gubernur kami?”.
Dengan tubuh lemas seraya
membungkuk-bungkuk ia memohon
maaf pada ‘ kuli upahannya’ yang
ternyata adalah Salman al Farisi .
“Ampunilah saya, Tuan. Sungguh saya
tidak tahu. Tuan adalah amir negeri
Madain, “ ucap si pedagang. “
Letakkanlah barang itu, Tuan. Biarlah
saya yang mengangkutnya sendiri.”
Salman menggeleng, “Tidak, pekerjaan
ini sudah aku sanggupi, dan aku akan
membawanya sampai ke kedai yang
kau maksudkan.”
Setelah sekujur badannya penuh
dengan keringat, Salman menaruh
barang bawaannya di kedai itu, ia
lantas berkata, “Kerja ini tidak ada
hubungannya dengan kegubernuranku.
Aku sudah menerima dengan rela
perintahmu untuk mengangkat barang
ini kemari. Aku wajib melaksanakannya
hingga selesai. Bukankah merupakan
kewajiban setiap umat Islam untuk
meringankan beban saudaranya?”
Pedagang itu hanya menggeleng. Ia
tidak mengerti bagaimana seorang
berpangkat tinggi bersedia disuruh
sebagai kuli. Mengapa tidak ada
pengawal atau tanda-tanda kebesaran
yang menunjukkan kalau ia seorang
gubernur?.
Ia barangkali belum tahu, begitulah
seharusnya sikap seorang pemimpin
menurut ajaran Islam. Tidak
bersombong diri dengan
kedudukannya, malah merendah di
depan rakyatnya. Karena pada
hakekatnya, ketinggian martabat
pemimpin justru datang dari rakyat
dan bawahannya.
(Sumber: Kisah Orang-orang Sabar
Karangan Nasiruddin M. Ag/Pz)

Dinukil dari perpustakaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar